Hukum Izhar Wajib (Mutlaq)
Hukum Izhar Wajib atau disebut juga Izhar Mutlaq adalah salah satu cabang dari Hukum Izhar, cara membacanya jelas/terang dan tidak berdengung.
Sebelumnya di Hukum Idgham Bighunnah telah dijelaskan sedikit tentang Izhar Wajib, yaitu apabila Nun Sukun ( نْ ) bertemu dengan huruf ( ي ـ و ـ ن ـ م ) dalam keadaan SAMBUNG atau DALAM SATU KATA/KALIMAT.
Perlu digarisbawahi, bahwa bacaan Hukum Izhar Wajib terletak di beberapa surah di dalam Al-Quran, di antaranya ada beberapa di surah Al-Baqarah dan surah Ali Imran.
Huruf yang sering bertemu dalam satu kata/kalimat (dalam keadaan sambung) adalah Nun Sukun dengan huruf Waw dan Ya.
نْوَ- نْيَ
Dan tidak akan terjadi huruf Nun dan Mim bertemu dengan Nun Sukun dalam keadaan satu kata/kalimat atau dalam keadaan sambung : نْمَ – نْنَ.
Ada 4 kata Hukum Izhar Wajib di dalam Al-Quran, yaitu:
- Dunya,
- Shinwanun,
- Bunyanun,
- dan Qinwanun.
Di dalam Al-Quran, ciri-cirinya tidak terdapat tanda tasydid di atas huruf Waw dan Ya apabila bertemu dengan Nun Sukun.
KATA KUNCI
- Jika Nun Sukun terpisah dengan huruf Waw atau Ya ( ي ـ و ), maka yang berlaku hukum Idgham Bighunnah, harus dibaca dengung.
- Jika huruf Nun Sukun menyambung atau dalam salah satu kata dengan huruf Waw atau Ya ( ي ـ و ), maka yang berlaku adalah hukum Izhar Wajib, yaitu dibaca jelas dan tidak berdengung
Contoh Ayat yang mengandung hukum Izhar Wajib (Mutlaq):
* Dunya artinya “dunia“
huruf dicetak biru adalah hukum Mad Muttashil.
Hukum Izhar Wajib mushaf standar Indonesia dan Arab Saudi
* Bunyanun artinya “bangunan”
* Bunyanun artinya “bangunan”
Huruf O, seperti innalloh dan yuqootiluun pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan.
Mengikuti Hukum Tajwid, harusnya ditulis huruf A, bukan O, misalnya yuqaatiluun.
Mengikuti Hukum Tajwid, harusnya ditulis huruf A, bukan O, misalnya yuqaatiluun.