Bio Gas Ampas Tahu
Ampas tahu dan sampah rumah tangga dapat menghasilkan biogas dengan kuantitas dan kualitas lebih baik daripada kotoran ternak. Selain lebih mudah didapat, ampas tahu dan sampah rumah tangga lebih dapat mendorong masyarakat untuk menggunakan biogas.
Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang, Sutaryo, menyebutkan hal tersebut di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (31/12). ”Komposisi nutrisi kedua limbah itu lebih baik karena mengandung protein dan lemak lebih tinggi daripada kotoran ternak. Selain itu, jumlah gas yang dihasilkan lebih besar,” katanya.
Secara kuantitas, hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutaryo dan tim menyebutkan biogas dari limbah organik menghasilkan lebih banyak biogas. Sebagai gambaran, 15,3 liter larutan feses sapi perah yang dimasukkan dalam digester (tempat untuk mencerna biogas) setiap harinya dapat menghasilkan 124,9 liter biogas. Adapun 2,4 liter larutan ampas tahu yang dimasukkan dalam digester per hari dapat menghasilkan 381,82 liter biogas.
Sampah rumah tangga juga demikian. Dari 4,2 liter larutan limbah dapat menghasilkan 420,01 liter biogas. Dengan jumlah larutan lebih sedikit, biogas yang dihasilkan ampas tahu dan limbah organik hasilnya lebih besar.
Namun, Sutaryo juga menjelaskan, sebelum penggunaan ampas tahu dan limbah organik, kotoran hewan tetap dibutuhkan, terutama sebagai pemicu awal.
Kepala Seksi Pengembangan Teknologi dan Pengusahaan Minyak dan Gas Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng Agus Sugiharto mengatakan, Dinas ESDM membuka peluang bagi setiap masyarakat yang ingin mengembangkan biogas di wilayah Jateng tetapi tidak mampu.
Guna mengembangkan potensi biogas, Pemerintah Provinsi Jateng memulai dengan memberi stimulan tahun 2009 berupa demplot biogas di tiga kabupaten sentra peternakan, yaitu di Sragen, Boyolali, dan Blora. (UTI)
Semarang, KOMPAS